Paragraf adalah
penjabaran gagasan pokok yang dituangkan ke dalam sebuah kalimat. Paragraf atau
yang sering disebut sebagai alinea itu, memiliki kalimat utama dan kalimat
penjelas yang saling berhubungan (berkoherensi) untuk saling mendukung.
Paragraf atau alinea berlaku pada bahasa tulis, sedangkan
pada bahasa lisan digunakan istilah paraton (Brown dan Yule,
1996). Paragraf merupakan suatu kesatuan bentuk pemakaian bahasa yang mengungkapkan
pikiran atau topik dan berada di bawah tataran wacana.Paragraf memiliki potensi
terdiri atas beberapa kalimat. Paragraf yang hanya terdiri atas satu kalimat
tidak mengalami pengembangan. Setiap paragraf berisi kesatuan topik, kesatuan
pikiran atau ide. Dengan demikian, setiap paragraf memiliki potensi adanya satu
kalimat topik atau
kalimat utama dan kalimat-kalimat penjelas. Oleh Ramlan,
(1993) pikiran utama atau ide pokok merupakan pengendali suatu paragraf.
B. UNSUR-UNSUR YANG MENJADI SYARAT PARAGRAF YANG
BAIK.
yang terdapat pada
sebuah paragraf adalah kalimat utama dan kalimat penjelas. Kalimat utama adalah
kalimat yang ditulis secara umum, sedangkan kalimat penjelas adalah penjabaran
atau hiponim dari kalimat utama. Namun, pada paragraf narasi dan deskripsi,
semua kalimat yang terdapat pada paragraf adalah kalimat utama.
Dalam
pembentukan paragraf yang baik terdapat tiga syarat yang harus diperhatikan,
yaitu unsur kesatuan, kepaduan, dan kelengkapan.
1. Unsur kesatuan
paragraf.
mengisyaratkan pada
adanya persyaratan bahwa suatu paragraf hanya memilik,i satu topik, satu
pikiran utama. Fungsi paragraf dalam hal ini adalah mengembangkan topik
tersebut. Oleh karena itu, pengembangan
paragraf tidak dapat dilakukan secara sembarangan, tidak boleh terdapat unsur
yang sama seklai tidak berhubungan
dengan topik, dan tidak mendukung topik. Penyimpangan pengembangan paragraf
akan menyulitkan pembaca, akan mengakibatkan paragraf tidak efektif. Jadi, satu
paragraf idealnya hanya berisi satu gagasan pokok satu topik. Semua kalimat
dalam suatu paragraf harus membicarakan gagasan pokok tersebut.
“Awan
di langit tampak hitam. Suasana sekeliling menjadi gelap. Kemudian angin
bertiup meskipun hanya sebentar. Angin mulai reda, tetapi mendung menjadi-jadi.
Tampaknya hujan akan turun”.
2. Unsur
kepaduan
Kepaduan
mengacu kepada cara merangkai kalimat untuk menjamin pengembangan proposisi
dalam membentuk sebuah teks. Rangkaian kalimat itu tersusun dengan baik berkat
digunakannya alat-alat kebahasaan yang sesuai. Dengan kata lain, kepaduan suatu
teks merupakan pengorganisasian kalimat-kalimat menjadi sebuah wacana tulisan
yang tidak berdiri sendiri, tetapi saling berhubungan satu sama lain dengan
menggunakan alat kebahasaan secara tepat. Ada dua kepaduan, yaitu kepaduan
informasi atau kepaduan di bidang makna yang sering disebut koherensi dan
kepaduan bentuk yang disebut kohesi, yang lebih menitikberatkan pada hubungan
antarkalimat.
Suatu wacana dikatakan
kohesif apabila hubungan antara unsur yang satu dengan unsur lainnya dalam
wacana tersebut serasi sehingga tercipta suatu pengertian yang apik atau
koheren. Kepaduan suatu wacana dalam sebuah paragraf sangat ditentukan oleh
pemakaian alat kohesi. Dengan alat kohesi itu sebuah wacana dapat menjadi
koheren. Untaian kalimat-kalimat yang membangun paragraf dapat disusun dengan
peranti yang namanya alat kohesi itu.
Kepaduan ditandai oleh
pemarkah-pemarkah yang menghubungkan apa yang dikatakan dengan apa yang telah
dinyatakan dalam wacana itu. Kepaduan paragraf dibangun dengan memperhatikan
unsur kebahasaan yang digambarkan dengan a) repetisi/pengulangan kata kunci, b)
kata ganti, dan c) kata transisi atau ungkapan penghubung serta perincian dan
urutan paragraf.
3. Unsur kelengkapan
paragraf
Mengacu pada adanya
pikiran utama yang berwujud kalimat
utama dan pikiran penjelas yang berwujud
kalimat-kalimat penjelas. Kalimat-kalimat penjelas haruslah menunjang kejelasan kalimat utama.
Paragraf dinyatakan sebagai paragraf tidak lengkap jika tidak dikembangkan
secara baik oleh karena itu, unsur
kelengkapan itu sering pula disebut pengembangan,
bahkan ada yang menyebut perkembangan (lihat Akhadiah M.K. dkk, 1991/1992;
Soeparno, Haryadi, dan Suhardi, 2001; Keraf, 1981).
Aspek kelengkapan ini
sering disebut pula dengan ketuntasan. Paragraf yang dianggap tuntas adalah
paragraf yang di dalamnya sudah tercakup semua yang diperlukan untuk mendukung
gagasan utama. Hal ini berarti bahwa paragraf harus dikembangkan sedemikian
rupa sehingga pembaca tidak bertanya-tanya tentang maksud penulis. Paragraf
dianggap tuntas jika sudah mengandung informasi yang lengkap mengenai isi
paragraf itu. Kelengkapan paragraf dapat diwujudkan dengan mengembangkan
gagasan utama yang dikemas dalam kalimat topik secara lengkap. Informasi yang
terkandung di dalam kalimat topik harus didukung oleh informasi lain agar
pembaca dapat memahami apa yang dimaksud penulis.
C.
KALIMAT
UTAMA DAN KALIMAT PENJELAS
Kalimat-kalimat
dalam paragraf dapat dikategorikan menjadi:
(1)kalimat
utama, dan (2) kalimat penjelas.
Ada
pula yang menambah satu lagi yaitu kalimat penegas (lihat Soeparno, 2001).
Kalimat penegas pada hakikatnya sama dengan kalimat topik, hanya saja kalimat
penjelas biasanya merupakan penyimpulan, sehingga tidak pernah terdapat pada awal paragraf. Struktur paragraf biasanya
dikaitkan dengan pengurutan letak kalimat utama, dan kalimat -kalimat penjelas.
Khusus paragraf naratif dan deskriptif tidak dapat ditemukan kalimat utama dan
kalimat penjelas. Atas dasar kategori
kalimat dalam paragraf tersebut, secara garis besar struktur paragraf (selain paragraf narasi dan
deskripsi) dapat dikategorisasikan
menjadi tiga, yaitu:
(1)
Kalimat utama pada awal paragraf dan diikuti dengan kalimat-kalimat penjelas,
(2)
Kalimat pada akhir paragraf dan didahului dengan kalimat-kalimat
penjelas,
serta
(3)
Kaliat utama terdapat pada awal dan akhir paragraf, diselingi
dengan
kalimat-kalimat penjelas.
Contoh
Kalimat utama: Lili adalah siswa teladan di
sekolah kami. Dari kalimat
di samping, hal yang bisa dijabarkan untuk dijadikan kalimat penjelas adalah siswa
teladan.
Maka, kalimat penjelasnya: 1)
Ia selalu menempati urutan pertama dalam meraih nilai mata pelajaran. 2) Untuk
menjaga ketertiban, ia selalu datang tepat waktu dan tidak pernah membuang
sampah di sembarang tempat. 3) Walau
keadaan ekonominya pas-pasan, ia tidak merasa rendah diri bahkan penuh percaya
diri. 4) Dan dengan kesungguhan hati, ia bersedia membantu temannya yang merasa
kesulitan dalam memahami mata pelajaran di sekolah.
Dari penggabungan kalimat utama dan kalimat penjelas di
atas, maka akan dihasilkan paragraf sebagai berikut.
Lili
adalah siswa teladan di sekolah kami. Ia selalu menempati urutan pertama dalam
meraih nilai mata pelajaran. Untuk menjaga ketertiban, ia selalu datang tepat
waktu dan tidak pernah membuang sampah di sembarang tempat. Walau keadaan
ekonominya pas-pasan, ia tidak merasa rendah diri bahkan penuh percaya diri.
Dan dengan kesungguhan hati, ia bersedia membantu temannya yang merasa
kesulitan dalam memahami mata pelajaran di sekolah.
Bila ingin menempatkan kalimat utama di akhir paragraf, kita
bisa memodifikasi kalimatnya sehingga menghasilkan paragraf berikut.
Gadis
ini selalu menempati urutan pertama dalam meraih nilai mata pelajaran. Untuk
menjaga ketertiban, ia selalu datang tepat waktu dan tidak pernah membuang
sampah di sembarang tempat. Walau keadaan ekonominya pas-pasan, ia tidak merasa
rendah diri bahkan penuh percaya diri. Dan dengan kesungguhan hati, ia bersedia
membantu temannya yang merasa kesulitan dalam memahami mata pelajaran di
sekolah. Itulah Lili, siswa teladan di sekolah kami.
D.
MACAM-MACAM PARAGRAF MENURUT LETAK GAGASAN POKOKNYA
1.
Paragraf
Deduktif, yakni paragraf yang letak gagasan pokok (dan kalimat
utamanya) terdapat di awal paragraf.
Dalam paragraf deduktif
penyajiannya dimulai dengan menampilkan pernyataan yang umum ke yang khusus. Paragraf
deduktif ini menempatkan gagasan utama dalam kalimat topik pada bagian awal
paragraf. Kalimat utama itu kemudian dikembangkan dengan kalimat-kalimat
penjelas. Contoh:
Dalam hidup ini kita mengalami
berbagai peristiwa. Ada peristiwa yang menyenangkan, menyedihkan, mengesankan,
atau mengharukan. Hiburlah temanmu yang mengalami peristiwa menyedihkan.
Sebisa mungkin, bantulah temanmu yang terkena musibah. Sebaliknya, ikutlah
berbahagia jika temanmu mengalami peristiwa yang menyenangkan atau menggembirakan.
(Yd/SD/3-/2004/56)
2.
Paragraf
Induktif, yakni paragraf yang letak gagasan pokok (dan kalimat
utamanya) terdapat di akhir paragraf.
Struktur paragraf
dengan metode induktif adalah kebalikan dari paragraf deduktif. Kalimat utama
dalam paragraf ini ditempatkan pada bagian akhir paragraf. Pola pernalaran
paragraf ini diawali oleh hal-hal yang bersifat khusus ke yang bersifat umum.
Dengan kata lain, paragraf ini diawali dengan kalimat-kalimat penjelas dan
diakhiri dengan kalimat utama yang sekaligus juga merupakan simpulan dari
penjelasan sebelumnya. Contoh:
Ibu rajin menanam berbagai
tumbuhan. Kata Ibu, warga di lingkungan sekitar mereka sepakat melakukan
gerakan penghijauan. Artinya, masing-masing wajib menanami halaman rumahnya
dengan tumbuhan. Di sepanjang jalan raya juga ditanami pepohonan yang rindang,
seperti flamboyan. Hal itu dilakukan untuk mengurangi pencemaran udara.
(Yd/SD/3/2004/19)
Berbeda dengan paragraf
yang berpola deduktif, paragraf induktif menempatkan gagasan utama pada kalimat
terakhir. Pada contoh itu, gagasan utama diletakkan dalam kalimat terakhir,
yaitu hal itu dilakukan untuk mengurangi
pencemaran udara.
Catatan
1. Setiap
paragraf setidaknya memiliki 2 kalimat, yakni kalimat utama dan kalimat
penjelas.
2. Kalimat
utama dihasilkan dari gagasan pokok.
3. Kalimat
penjelas dihasilkan dari gagasan penjelas.
4. Kalimat
utama sama dengan kalimat topik atau kalimat pokok.
5. Gagasan
utama sama dengan gagasan pokok, ide pokok, atau pikiran utama.
0 komentar:
Posting Komentar